Namaku merpati. Aku bebas seperti udara. Aku liar seperti turbulensi. Dan aku semerah jambu bougenville, sekuning kamboja.
:)
Kau pernah melihat merpati oranye? Jika iya, itulah aku. Ah tapi kemungkinan besar kau belum pernah. Jikapun pernah, kau takkan bisa menangkapku. Karena aku tak pernah menjejak bumi ataupun merasakan pasir-pasirnya. Terbangkah aku? Ataukah selama ini aku bersembunyi? Aku serahkan jawabannya pada imajinasimu, pembaca.
Namaku merpati.
Aku pernah mendengar manusia membicarakan suatu hal yang penting. Mereka menyebutnya panggilan hati. Istilah itu terdengar indah sekali. Apakah spesies merpati sepertiku bisa merasakan panggilan hati? Apakah itu semacam insting untuk mengetahui dimana tempat untuk mencari cacing? Hmm… tapi sepengamatanku, manusia tak hanya memikirkan bagaimana cara mengisi perut. Mereka bisa menunjukkan… apa itu istilahnya… ah! emosi. ya, mereka menunjukkan emosi. Binar matanya berbeda dengan kami. Mereka, binarnya cemerlang ketika membicarkaan panggilan hati. Oh, tapi jangan salah, beberapa kali kudapati manusia lain mencemooh panggilan hati, katanya itu omong kosong. Aku sedih jika istilah omong kosong diucapkan. Karena beberapa manusia matanya redup seketika gara-gara istilah itu. Ah rumit sekali manusia.
Mereka harus belajar dariku. Aku yang bebas, liar, dan merah jambu ini.